Pasar Sambu tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Medan, atau istilah lainnya pasar Tanah Abang versi Medan. Pasar Sambu merupakan tempat transaksi jual beli grosiran maupun eceran seperti pakaian, sepatu, sayur-sayuran, buah-buahan dan pakaian Second (Red : Monja). Pasar ini tergolong lengkap dan dapat ditemukan berbagai jenis barang disini yang harganya lebih murah dibandingkan di pasar induk lainnya. Dengan image Pasar Sambu sebagai pasar murah membuat masyarakat Medan, baik orang tua, anak sekolah maupun mahasiswa memilih berbelanja kesana. Namun saat ini jika ditinjau secara kapasitas, Pasar Sambu sudah tidak mampu lagi menampung jumlah pedagang yang berakibat pasar tersebut tidak tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Terlihat dari banyak para pedagang yang mendirikan lapak di pinggiran bahkan sampai setengah jalan raya. Dampak lain yang diakibatkan adalah jalan Sutomo dan sekitarnya menjadi macet dan sembraut. Tempat itu juga menyimpan berbagai permasalahan seperti jorok, kumuh, copet dan masih jauh dari kata nyaman.
Untuk mengatasi permasalahan itu, Pemerintah Kota Medan melalukan revitalisasi Pasar Sambu dan relokasi ke Pasar Tuntungan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan periode I dan II, memuat tentang Revitalisasi Pasar Induk Sambu menjadi pasar skala kota dan pemindahan ke Pasar Induk Tuntungan. Rencana pembangunan 5 tahunan ini telah dimulai pada tahun 2012 dan ditargetkan akan selesai tahun 2020, dengan anggaran sebesar RP 100 Miliar yang berasal dari APBD. Landasan pembangunan ini adalah untuk memperbaiki tata ruang kota Medan yang sudah terlalu padat yang mengakibatkan tidaktertatanya dan kemacetan di kawasan pasar Sambu.
Analisis SWOT Pasar Tuntungan
Pembangunan pasar induk Tuntungan merupakan suatu eksekusi baru Pemerintah Kota Medan dalam merealisasikan relokasi yang puluhan tahun tidak terlaksana. Tentunya relokasi ini mempunyai sisi kekuatan, kelemahan, peluang dan tangtangan. Untuk itu penulis mencoba merangkumnya dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths,Weaknesses,Opportunities, and Threats). Adapun analisis SWOT yang penulis rangkum adalah sebagai berikut :
- Strengths (Kekuatan). Pasar Induk Tuntungan mempunyai kekuatan sebagai berikut :
- Brand yang dimiliki sebagai pasar murah menjadi kekuatan besar untuk menarik minat para konsumen untuk berbelanja.
- Manajemen organisasi pasar lebih tertata mulai dari pungutan maupun tarif-tarif di daerah pasar. Sehingga mampu meminimalisir pungutan liar.
- Meningkatkan pangsa pasar (Kelas ekonomi menengah ke bawah).
- Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan dari sektor perdagangan.
- Produk segar dan sehat, artinya mampu bersaing dengan pasar modern dari segi kualitas.
- Tata letak tempat berjualan sudah tertata dengan baik dan lebih rapih. Sehingga lebih mudah untuk berbelanja.
- Lokasi pasar bersih dan aman, sehingga konsumen akan lebih nyaman berbelanja.
- Weaknesses (Kelemahan). Kelemahan dari Pasar Induk Tuntungan sebagai berikut :
- Jarak tempuh yang cukup jauh dan akses yang belum memadai secara infrastrukur .
- Kapasitas pasar. Pasar sambu belum mampu menampung jumlah pedagang yang berasal dari pasar Sambu. Adapun daya tampung Pasar Tuntungan sebanyak 1.208 pedagang, sementara jumlah pedagang dari Pasar Sambu sebanyak 1.840 pedagang, sehingga kekurangan tempat berjualan/stan untuk 632 pedagang.
- Opportunities (Peluang). Peluang Pasar Induk Tuntungan sebagai berikut :
- Peranan pemerintah dalam pengembangan pasar menjadi peluang dalam pengembangan pasar serta peningkatan diferensiasi (bemacam) produk agar nantinya menjadi destinasi berbelanja bukan hanya kebutuhan primer saja.
- Kebutuhan pasar/konsumen lebih cenderung memilih produk-produk yang segar, tanpa bahan pengawet sehingga mamp bersaing dengan pasar modern.
- Posisi Medan sebagai miniatur Sumatera Utara mempunyai potensi besar untuk menjadikan pasar Induk Tuntungan sebagai sentral perdagangan komoditas di Sumatera Utara bahkan Indonesia.
- Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), akan menambah pangsa pasar untuk melakukan ekspor ke daerah ASEAN dan warga negara asing yang akan tinggal di Medan.
- Threats (Tantangan). Tantangan Pasar Induk Tuntungan adalah sebagai berikut :
- Pasar modern merupakan pesaing terbesar dalam memperebutkan pasar.
- Berlakunya MEA akan memberikan banyak ruang kepada investor asing dalam mengembangkan usaha dengan produk yang sama. Berlakunya MEA bahwa se-kawasan ASEAN akan bebas dalam berinvestasi, jasa, modal, barang tenaga kerja.
Pengembangan Solusi
Dengan analisis SWOT yang penulis lakukan, Pemko Medan harus memperkuat segala potensi dan segera membenahi segala kekurangan yang terdapat di Pasar Tuntungan. Menurut penulis, upaya-upaya yang harus dilakukan oleh Pemkot Medan yaitu : a) Memperluas daya tampung pedagang dengan tempat yang permanen. Ini akan sangat bepengaruh terhadap keputusan pedagang dalam relokasi, b) Meningkatkan Infrastruktur sebagai kelancaran akses menuju pasar sambu, mulai dari perbaikan jalan raya menuju pasar, kelancaran angkutan kota, c) Meningkatkan kualitas manajemen pasar agar pasar tersebut tetap tertata, bersih dan aman kedepannya, d) Tetap menmjaga brand untuk tetap menjadi pasar murah dan destinasi utama untuk berbelanja. Hal terpenting lainnya adalah dengan Pemerintah harus melibatkan Perguruan Tinggi sebagai sumber riset dan inovasi baru untuk memberi kontribusi dalam pengembangan pasar agar mampu bersaing secara global. Misalnya dengan membuat alat pendingin super besar yang dapat menampung produk mudah busuk agar tetap segar seperti yang diterapkan di Negara Tiongkok. Penulis sangat berharap terkhusus kepada mahasiswa untuk melakukan riset dan kajian terhadap pasar-pasar tradisional agar nantinya hasil penelitian tersebut mampu memberikan saran maupun solusi terhadap pasar tradisional agar mampu bersaing secara global.
Catatan Penutup :
#Mahasiswa harus berperan dalam penelitian dan kajian.
Tinggi Iman, Tinggi Ilmu dan Tinggi Pengabdian
( Tri Panji GMKI)
Penulis : Tamba Togap Tambun